8 Kejelekan & Kontroversi “Merah Putih: One for All”
1. Visual & Animasi Dinilai Minim Standar
Trailer film ini langsung disasar kritik karena visualnya dianggap “kaku” dan datar. Netizen menyamakan kualitas grafisnya seperti game era PlayStation 2, tanpa detailing, shading, atau render yang memadai
2. Pergantian Aset dan Dugaan Template Animasi
Publik mencurigai penggunaan aset 3D dari platform seperti Reallusion atau Daz3D seperti latar “Street of Mumbai” yang menimbulkan pertanyaan soal orisinalitas visual dan rasa lokal yang diharapkan
3. Dialog Kaku & Dugaan Voice-Over AI
Beberapa dialog terdengar monoton dan tidak sinkron dengan gerakan karakter, sehingga warganet mencurigai adanya voice-over berbasis AI, yang membuat kualitas narasi terasa tidak mengena
4. Alur Cerita Generic & Klise
Cerita petualangan anak-anak penyelamat bendera nasional banyak dipandang klise dan datar, bahkan dianggap lebih mirip “iklan layanan masyarakat” daripada alur film layar lebar yang mengesankan
5. Anggaran Besar vs Eksekusi Mendadak
Film ini disebut menghabiskan anggaran sekitar Rp6,7–6,8 miliar, namun hasil visual-nya dicap jauh dari proporsional. Publik mempertanyakan ke mana dana besar itu digunakan, terutama mengingat durasi produksi yang tergolong singkat (sekitar 1–2 bulan)
6. Proyek Terburu-buru (Dadakan di Momen HUT RI)
Banyak komentar menyebut film ini sebagai proyek dadakan untuk menyambut HUT RI ke-80, sehingga aspek teknis dan produksi tampak terburu-buru dan tidak matang
7. Respon Produser yang Dinilai Meremehkan Kritik
Alih-alih memberikan klarifikasi yang konstruktif, produser Toto Soegriwo menanggapi komentar negatif dengan santai:
“Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain… Postingan kalian jadi viral kan?”
Komentar ini justru memicu kontroversi dan dianggap tidak menghargai masukan publik
8. Sorotan dari Praktisi & DPR
Sutradara Hanung Bramantyo mempertanyakan kelayakan penayangan film ini padahal banyak film berkualitas lain antre untuk rilis.
Komisi X DPR mendesak evaluasi industri animasi nasional sebagai pelajaran penting untuk ke depan
BACA JUGA : PREDIKSI HARGA BITCOIN 5 TAHUN KE DEPAN
Ringkasan Kritik Utama
Aspek | Kritik Utama |
---|---|
Visual & Animasi | Kaku, minim detail, seperti belum selesai |
Aset & Orisinalitas | Diduga pakai aset stok, kurang lokal |
Dialog | Kaku, terkesan menggunakan voice-over AI |
Cerita | Klise, kurang emosional |
Budget & Produksi | Anggaran besar → eksekusi terburu-buru |
Respons Tim Produksi | Terlalu santai, tidak solutif |
Respon Industri | Praktisi & DPR minta evaluasi serius |
Kesimpulan:
Alih-alih menjadi karya nasional yang membanggakan, Merah Putih: One for All justru menjadi pelajaran penting bahwa semangat kebangsaan memerlukan eksekusi teknis yang solid. Kekuatan pesan hanya bisa menyentuh jika didukung kualitas visual, orisinalitas, dan sinergi tim produksi yang matang. Kritik pedas ini semoga menjadi motivasi untuk karya animasi lokal di masa depan yang lebih profesional dan kredibel.
0 Komentar